Home » , » Pohuwato ! Review Rock Band Festival

Pohuwato ! Review Rock Band Festival

Written By administrator umum on Minggu, 14 Juni 2009 | 05.45

Sepanjang sejarah Kabupaten PohuwatoGorontalo yang saat ini memasuki usianya yang ke-6, terhitung baru yang ke-3 kalinya Kabupaten Pohuwato menggelar event rock atau band festival. Sepanjang itu pula belumlah nampak perubahan signifikan terhadap konsep event ataupun performance nya iu sendiri.
Dalam sebuah pementasan festival band di gorontalo umumnya dan Pohuwato Khususnya, seharusnyalah sebuah event organizer sedapatnya mengemas event-nya se ekspresif mungkin selayaknya tuntutan terhadap peserta festival. Namun pada umumnya event organizer (EO) hanya mengutamakan pelaksanaan event-nya. Pokoke terlaksana.! Ini slogannya. Dan ini bukan hanya terjadi di Pohuwato saja namun hamper di seantero Gorontalo yang pernah menggelar event rock.
Dapat dibayangkan, sebuah event rock yang tata panggungnnya pake Lampu neon 2 buah yang dibalut dengan kertas warna warni , trus stage-nya kurang strategis apalagi posisi Tim Juri di posisikan disamping sound control ??? heboh ga’ ?
Pernahkah kita menyaksikan tim Juri Polopalo ? ( Polopalo adalah sejenis alat musik pukul dari bambu yang diset sedemikian rupa sehingga menghasilkan suara merdu yang cara pekenya di pukul diatas paha ). Tim juri event ini di posisikan sejauh mungkin guna mendapatkan merdu dan nyaring suara bamboo. Jadi, apa yang dijadikan dasar penilaian Festival Band kalo Tim jurinya di posisikan disamping backsound atau disamping stage.
Contoh performance event yang dapat dijadikan acuan diantaranya bagi EO pemula yaitu
Monster Of Rock Part 1 Se-Sulawesi di gorontalo tahun 99 dan Live N’Loud part 1 tahun 2001 se- Sulut di Limboto. Mulai dari posisi stage , lightning dan soundsystem sangat sangat diperhatikan walaupun kualitas soundsystemnya tidak se dahsyat saat ini.
Dapat dimaklumi bahwa persoalan klasik yaitu budget terkadang mendera pihak event organizer yang muaranya pada ketidakmaksimalnya event. Untuk itu ada beberapa solusi bisa ditawarkan sebagai langkah antisipatif persoalan klasik seperti itu yang diharapkan mampu memberikan nilai performance event yang sesuai, yaitu :

  1. Merubah system eventnya. Saat ini di Gorontalo konsep umumnya yang dilaksanakan yaitu Babak penyisihan dilaksanakan 2 hari kemudian finalnya 1 hari. Hal ini dapat diminimalisir dengan pelaksanaan penyisihan group dilaksanakan di sebuah studio musik dan Finalnya dilaksanakan diluar ruangan. Langkah ini cukup efektif dapat mengurangi budget daya listrik,lightning, izin dan sebaginya..

  2. Tawarkan konsep yang sedikit beda kepada para sponsor. Biar pihak sponsor mau berkontribusi lebih pada event yang kita gelar..

  3. Libatkan pelaku entertainment pada susunan organizing commitenya. Karena personil ini paham betul keinginan players..

  4. Posisikan personil yang paham terhadap aksesories dan sound sekurang-kurangnya 5 orang pada stage, guna membantu player atau peserta ketika terjadi trouble.!

  5. konsistensi waktu atau durasi tampil bagi peserta. Ini yang paling sulit diterapkan.So…ketika peserta dipanggil sebanyak 3 kali kemudian tidak naik pentas maka dengan sendirinya dinyatakan diskualifikasi.

  6. Sediakan instrument cadangan seperti Guitar, Stick Drum dan lainnya Guna langkah antisipatif jika terjadi gangguan teknis.

  7. eehhmmm..dipikir-pikir dulu dech ! atau kalo ada yang lain kita bisa sharing disini…..!
Solusi-solusi diatas hanyalah sebuah pengalaman singkat yang mungkin basi bagi yang lainnya. Tetapi… realitanya masih dapat dijumpai kondisi event yang kurang sejalan dengan tema yang dibawakan.

"Sumber : Kiprockin..beybeh!"



Share this article :

1 komentar:

  1. o..oh.. polopalo ye... sawa..!!
    ataw bagini jow....
    nde torang mo ba bekeng festival jo

    BalasHapus

bLOGSTAT



 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. demoonlinepohuwato - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger