
Pemerintah Kabupaten Pohuwato saat ini tengah gencar – gencarnya mensosialisasikan tentang masalah kebersihan lingkungan kepada masyarakat pohuwato, mengingatkan seluruh elemen masyarakat tentang pentingnya kebersihan lingkungan, membenahi seluruh sudut kota yang tak lain buat menyongsong Adipura. Adipura bak dewa penyelamat oleh segelintir “orang”, karena menganggap dengan adanya Adipura, Kabupaten Pohuwato telah berhasil dalam menjalankan program yang berkaitan dengan lingkungan hidup.
Sebuah pengakuan yang harus di raih, walau daerah ini belumlah memiliki TPA sesuai dengan pengujian AMDAL. Target ini boleh di bilang “luar biasa” buat Kabupaten Pohuwato. Bagai bayi yang coba merangkak dan berdiri di halaman luas tanpa satu pun pegangan yang dapat di raihnya. Merangkak dan coba berdiri, untunglah kalau bisa jalan. Nah, kalau jatuh gimana?
Betapa tidak, cobalah Anda tengok Pasar Tradisional Marisa. Penataan yang semrawut dengan terdapatnya sampah – sampah bekas jualan, serta kesadaran masyarakat sekitar yang masih kurang paham tentang kebersihan lingkungan (baca target pemerintah). Belumlah kita menengok Pasar Jajan Marisa (eks pasar tua), lokasi ini terkesan kumuh dengan masyarakatnya yang ‘apatis’, yang dibenak mereka hanyalah menyambung hidup dengan menjajakan makanan tanpa memperdulikan kebersihan lingkungan sekitar. Tugas yang berat yang harus di pecahkan dan di sinkronkan pemahamannya oleh pemerintah dan masyarakat pohuwato.
Salah satu point penilaian dalam meraih adipura, yakni terdapatnya lokasi-lokasi rindang atau adanya hutan kota di sekitar wilayah yang di nilai. Point ini yang tentunya belumlah dapat di penuhi dengan baik oleh masyarakat dan pemerintah kabupaten pohuwato. Karena menanam pohon, hasilnya belum dapat dirasakan dalam waktu dekat. 5 tahun saja tidak cukup untuk menunggu rindangnya satu kawasan oleh pepohonan yang akan kita tanam.
Kan ada Cagar Alam..? Cagar Alam Panua, Kawasan hutan yang terancam dengan dibukanya lahan – lahan pembukaan ladang dalam skala kecil oleh masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan maupun dalam skala besar seperti yang dilakukan oleh cukong-cukong kayu, belumlah menjamin bahwa hal ini dapat mendongkrak penilaian Adipura.
Apalagi yang terlihat saat ini, Cagar Alam kok di buat jadi Tempat Pembuangan Sampah? Satu tugas yang berat yang harus dipecahkan bersama-sama. Menjadi sebuah tantangan bagaimana meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani miskin yang tinggal di sekitar kawasan hutan di satu sisi dan menjaga hutan agar tetap lestari di sisi lain. Alias Tidak sembarang lokasi hutan dapat dibuka untuk lahan pertanian, apalagi dijadikan Tempat Pembuangan Sampah.

Kalau mau bersih, kenapa tidak dari dulu saja. Kenapa harus ada maunya. So apa itu Adipura ye..?? Bukannya ingin mencekal dan pesimis dengan program dadakan pemerintah pohuwato. Sekiranya kita telah mengidap satu penyakit ABS (Asal Bapak Senang). Yahhh.. dibuat senang aja.. Walaupun sedikit agak terlambat, tapi harapan untuk meraih Adipura janganlah padam dari lubuk hati masyarakat pohuwato. Sekiranya asa itu akan terlintas dan menjadi kenyataan, segera realisasikan ’janji-janji’ pemerintah tentang mendapatkan rewards dan bonus buat desa terasri seperti yang didengung-dengungkan di koran.
Jangan seperti kacang lupa akan kulitnya. Serta so dapa Adipura, so dapa lupa itu janji….. Ati olo rakyat ini ekh… Jadi kenderaan murah meriah (baca : Akal Komeng) oleh pemerintah untuk mendapatkan sebuah pengakuan yang belum pantas.
Sebuah pengakuan yang harus di raih, walau daerah ini belumlah memiliki TPA sesuai dengan pengujian AMDAL. Target ini boleh di bilang “luar biasa” buat Kabupaten Pohuwato. Bagai bayi yang coba merangkak dan berdiri di halaman luas tanpa satu pun pegangan yang dapat di raihnya. Merangkak dan coba berdiri, untunglah kalau bisa jalan. Nah, kalau jatuh gimana?
Betapa tidak, cobalah Anda tengok Pasar Tradisional Marisa. Penataan yang semrawut dengan terdapatnya sampah – sampah bekas jualan, serta kesadaran masyarakat sekitar yang masih kurang paham tentang kebersihan lingkungan (baca target pemerintah). Belumlah kita menengok Pasar Jajan Marisa (eks pasar tua), lokasi ini terkesan kumuh dengan masyarakatnya yang ‘apatis’, yang dibenak mereka hanyalah menyambung hidup dengan menjajakan makanan tanpa memperdulikan kebersihan lingkungan sekitar. Tugas yang berat yang harus di pecahkan dan di sinkronkan pemahamannya oleh pemerintah dan masyarakat pohuwato.
Salah satu point penilaian dalam meraih adipura, yakni terdapatnya lokasi-lokasi rindang atau adanya hutan kota di sekitar wilayah yang di nilai. Point ini yang tentunya belumlah dapat di penuhi dengan baik oleh masyarakat dan pemerintah kabupaten pohuwato. Karena menanam pohon, hasilnya belum dapat dirasakan dalam waktu dekat. 5 tahun saja tidak cukup untuk menunggu rindangnya satu kawasan oleh pepohonan yang akan kita tanam.
Kan ada Cagar Alam..? Cagar Alam Panua, Kawasan hutan yang terancam dengan dibukanya lahan – lahan pembukaan ladang dalam skala kecil oleh masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan maupun dalam skala besar seperti yang dilakukan oleh cukong-cukong kayu, belumlah menjamin bahwa hal ini dapat mendongkrak penilaian Adipura.
Apalagi yang terlihat saat ini, Cagar Alam kok di buat jadi Tempat Pembuangan Sampah? Satu tugas yang berat yang harus dipecahkan bersama-sama. Menjadi sebuah tantangan bagaimana meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani miskin yang tinggal di sekitar kawasan hutan di satu sisi dan menjaga hutan agar tetap lestari di sisi lain. Alias Tidak sembarang lokasi hutan dapat dibuka untuk lahan pertanian, apalagi dijadikan Tempat Pembuangan Sampah.
Kawasan Cagar Alam Panua, yang dijadikan tempat pembuangan sampah
oleh masyarakat sekitar hutan.
oleh masyarakat sekitar hutan.
Kalau mau bersih, kenapa tidak dari dulu saja. Kenapa harus ada maunya. So apa itu Adipura ye..?? Bukannya ingin mencekal dan pesimis dengan program dadakan pemerintah pohuwato. Sekiranya kita telah mengidap satu penyakit ABS (Asal Bapak Senang). Yahhh.. dibuat senang aja.. Walaupun sedikit agak terlambat, tapi harapan untuk meraih Adipura janganlah padam dari lubuk hati masyarakat pohuwato. Sekiranya asa itu akan terlintas dan menjadi kenyataan, segera realisasikan ’janji-janji’ pemerintah tentang mendapatkan rewards dan bonus buat desa terasri seperti yang didengung-dengungkan di koran.
Jangan seperti kacang lupa akan kulitnya. Serta so dapa Adipura, so dapa lupa itu janji….. Ati olo rakyat ini ekh… Jadi kenderaan murah meriah (baca : Akal Komeng) oleh pemerintah untuk mendapatkan sebuah pengakuan yang belum pantas.
www.pohuwatoforum.net
Sikat terus bung...!!!!
BalasHapusapa yg n mi sikat ? gigi ??
BalasHapusheheh..
sorri bk sedu